Komponen
utama penyusun tubuh hewan adalah air, yang jumlahnya mencapai 60-95 % dari
berat tubuh hewan. Air tersebar pada berbagai bagian tubuh, baik di dalam sel
(sebagai cairan intrasel : CIS). Maupun di luar sel (sebagai cairan ekstrasel). CES sendiri
tersebar pada berbagai bagian tubuh, contohnya plasma darah dan cairan
srebropsinal. Dalam CES terlarut berbagai macam zat, meliputi berbagai ion dan
sari makanan, sisa obat, hormone, serta zat sisa metabolisme sel seperti urea
dan asam urat. Konsentrasi setiap saat, tergantung pada berbagai faktor.
Sekalipun
demikian, hewan harus mampu mempertahankan keseimbangan antara jumlah air dan
zat terlarut pada tingkatan yang tepat. Mekanisme untuk mengatur jumlah air dan
konsentrasi zat terlarut disebut osmoregulasi. Jadi, osmoregulasi adalah proses
untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam
tubuh hewan.
Pada tahun 1902 Rudolf Hober
merupakan orang yang pertama kali memunculkan istilah osmoregulasi untuk
menyatakan kegiatan dari bermacam-macam mekanisme yang digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenalikan pergerakan zat terlarut dan air. Namun
demikianosmoregulasi juga diartikan sebagai mempertahankan tekanan osmotic
cairan yang terdapat di dalam tubuh hewan yang besarnya berbeda dari tekanan
osmotic medium lingkungannya. Bila ditinjau lebih dalam ternyata tidak cukup
hanya mengendalikan distribusi air saja tetapi komposisi ion dan distribusi ion
di dalam cairan tubuh dan berbagai ruangan juga harus dikendalikan. Telah
terbukti bahwa ada perbedaan macam dan jumlah ion antara cairan di dalam tubuh
dengan cairan di luar tubuh hewan, bahkan antara ruang dengan ruang yang lain
dalam tubuh hewan juga berbeda.
Osmoregulasi
adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh,
didalam zat yang kadar garamnya berbeda.
Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas. Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis).
Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (1) permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi untuk memelihara air dan kosentarsi larutan cairan tubuh konstan yang berdeba dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat luas,
Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas. Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis).
Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (1) permeabilitas membran atau kulitnya (2) gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi untuk memelihara air dan kosentarsi larutan cairan tubuh konstan yang berdeba dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat luas,
Pada
dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (1) Air
cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentarsi zat terlarut dalam tubuh
hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat terlarut cenderung keluar
tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh. Disam,ping itu pebuangan air air sebagai
penyeimabang air masuk juga membawa zat terlarut di dalamnya. lebih tinggi dari
pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan
kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses) sebaliknya terhadap
zat terlarut, hewan harus (1) Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya.
(2) memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau
mempertahankan zat terlarut dalam tubuhnya.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggi dari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh.
Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertentu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air.
Osmoregulasi secara energik sangat mahal. Suatu pergerakan netto air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya.
Biaya energi osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggi dari pada mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh.
Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertentu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air.
Osmoregulasi secara energik sangat mahal. Suatu pergerakan netto air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya.
Biaya energi osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
jadi
yang menjadi alasan utama hewan melakukan osmoregulasi adalah karena adanya
perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan
terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju kea rah yang tidak
diharapkan. Osmoregulasi hewan pada lingkungan air laut kebanyakan hewan
invertebrate laut bersifat osmokonformer, ditandai dengan adanya konsentrasi
osmotic cairan tubuhnya yang sama dengan air laut tempat hidup mereka. Hal ini
berarti bahwa mereka berada dalam keseimbangan osmotic dengan lingkungannya
(tidak ada perolehan atau pun kehilangan air). Akan tetapi, bukan berarti bahwa
mereka berada dalam keseimbangan ionic. Jadi, antara air laut dan cairan dalam
tubuh hewan terdapat perbedaan komposisi ion, yang akan menghasilkan gradient
konsentrasi. Dalam keadaan demikian, hewan memiliki peluang untuk memperoleh
masukan ion tertentu dari air laut, apabila konsentrasi ion tersebut di laut
lebih tinggi daripada yang terdapat di dalam tubuh hewan.
Osmoregulasi
hewan pada lingkungan air tawar, masalah yang dihadapi hewan air tawar
merupakan kebalikan dari masalah yang dihadapi hewan laut. Hewan air tawar
mempunyai cairan tubuh dengan tekanan osmotic yang lebih tinggi yang lebih
tinggi dari lingkungannya. Berarti, mereka terancam oleh dua hal utam, yaitu
kehilangan garam dan pemasukan air yang berlebihan.
Vertebrata
dan invertebrate air tawar membatasi pemasukan air dan kehilangan ion dengan
cara membentuk permukaan tubuh yang impermiabel terhadap air. Meskipun
demikian, air dan ion tetap dapat bergerak melewati insang yang relative
terbuka. Air yang masuk ke dalam tubuh invertebrate dikeluarkan dalam bentuk
urin. Laju aliran urin pada invertebrate air tawar jauh lebih tinggi daripada
yang dialami oleh hewan laut. akan tetapi, pengeluaran urin juga menyebabkan
pengeluaran ion. Oleh karena itu, hewan perlu melakukan transport aktif untuk
memasukkan ion kedalam tubuhnya.
Osmoregulasi
hewan pada lingkungan payau, tidak semua hewan akuatik selamanya menetap di
habitat yang tetap (air laut atau air tawar). Sejumlah hewan laut maupun hewan
air tawar pada saat-saat tertentu masuk ke daerah payau. Lingkungan payau ialah
lingkungan akuatik di daerah pantai, yang merupakan tempat pertemuan antara air
sungai dan laut. Contoh hewan yang dapat hidup di lingkungan payau ialah larva
dari beberapa jenis nyamuk. Larva tersebut pada umumnya dapat tumbuh dengan
sama baiknya, baik di air tawar maupun di air bergaram yang beberapa kali lebih
pekat dari cairan hemolimfenya. Bahkan, larva tersebut juga dapat menoleransi
kadar garam yang tiga kali lebih tinggi daripada kadar garam air laut.
Osmoregulasi
hewan pada lingkungan darat, hewan yang sangat berhasil hidup didarat dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu arthopoda dan vertebrata. Kemampuannya
untuk hidup didarat telah membuat kedua kelompok hewan tersebut dapat
meningkatkan perolehan oksigen, namun mempunyai masalah yang besar berkaitan
dengan pengaturan keseimbangan air dan ion. Hewan darat juga mengalami
keterbatasan untuk mendapatkan air sehingga mudah terancam dehidrasi.
Kehilangan
air dari tubuh hewan darat dapat terjadi dengan sangat mudah melalui penguapan.
Air yang hilang tersebut harus diganti tersebut harus diganti. Penguapan air
dari tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai berikut.
1. Kandungan uap air di atmosfer:
penguapan dapat ditekan apabila kandungan air di atmosfer
2. Suhu : jika suhu atmosfer
meningkat, penguapan akan bertambah cepat
3. Gerakan uadar pada permukaan benda yang
melakukan evaporsi: laju penguapan meningkat, jika pergerakan
udara meningkat (ada angin kuat).
4. Tekanan barometric : jika tekanan barometric menurun, laju
penguapan bertambah
5. Luas permukaan penguapan : apabila daerah permukaan yang menghadap
ke lingkungan lebih luas, pelepasan air akan lebih besar.
invertebrata
darat pada umumnya merupakan golongan Arthopoda, insekta, dan laba-laba. Salah
satu gambaran khas insekta adalah adanya rangka luar yang berlapis lilin, yang
disebut lapisan kutikula. Adanya kutikula pada insekta merupakan cara untuk
memperkecil kehilangan air melalui permukaan tubuh. Akan tetapi, pada saat baru
dilahirkan, kutikula belum sepenuhnya impermiabel terhadap air sehingga insekta
dapat kehilangan air akibat penguapan permukaan tubuhnya.
Tidak
semua kutikula pada invertebrate darat dapat menghambat kehilangan air dari
dalam tubuh. Hal ini dapat diamati pada cacing tanah, yang mempunyai kutikula
sangat tipis. Cacing tanah tetap dapat mengalami kehilangan air lewat kulit.
Pada cacing tanah, pelepasan air melalui penguapan dapat mencapai 70 kali lebih besar daripada pelepasann air pada
insekta. Pelepasan air melalui penguapan penguapan dapat juga disebabkan oleh
adanya perubahan susunan lilin pada rangka luar tubuhnya akibat kerusakan fisik
atau panas.
Osmoregulasi
pada vertebrata darat, vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat
terutama dari kelas reptile, burung, dan mamalia. Amfhibi tidak dapat dikatakan
sebagai darat sejati, karena masih sangat tergantung pad lingkungan yang
lembab. Vertebrata darat pada umumnya memperoleh air dari air minum dan
makanan. Untuk menghemat air, vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup
bervariasi.
Hewan
dari kela reptile, meliputi ular, kadal, dan kura-kura, memiliki kulit kering
dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini
merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak
kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air , hewan tersebut menghasilkan
zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hanya
membutuhkan sedikit air. Selain itu, reptile juga melakukan penghematanair
dengan menghasilkan feses kering. Bahkan, kadal dan kura-kura pada saat
mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan
urin encer yang dihasilkan dan disimpan di kandung kemihnya, dengan cara
mereabsorbsinya.
Referensi
Anonim.
Osmoregulasi.http://makalahbiologiku.blogspot.com
com (Tanggal akses 19 April 2012)
Dian.Osmoregulasi dan ekskres.http://duniabiologisaja.blogspot.com
(Tanggal akses 19 April 2012)
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan cet 6. Yogyakarta: Kaninus.
Taiyeb, A.Mushawwir. 2007. Fisiologi Hewan.Makassar: UIN Alauddin Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar